Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 20 April 2011

SEJARAH KERAJAAN BULELENG

Ki Gusti Panji Sakti, seorang yang dijuluki banyak nama: Ki Barak, Gde Pasekan, Gusti Panji, Ki Panji Sakti, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, yang berkonotasi tangguh - teguh, berjiwa pemimpin, merakyat, memiliki daya super natural - sakti, adalah pendiri kerajaan Buleleng di tahun 1660an. Sebelumnya wilayah Buleleng dikenal dengan nama Den Bukit.

Masyarakat Bali Selatan jaman berkembangnya pengaruh Majapahit, Den Bukit dilihat sebagai "daerah nun disana dibalik bukit". Daerah misterius, terra incognito, banyak pendatang silih berganti, bajak laut. Orang yang ingin tinggal menetap mereka menjauhi daerah pesisir, memilih tempat lebih ke tengah, ke wilayah sebelah Selatan. Maka itu wilayah di selatan bukit disebut Bali Tengah atau Bali Selatan. Puri Buleleng


Selama berkuasa di Den Bukit Panji Sakti sejak 1660an sampai 1697 sangat disegani kawan maupun lawan. Dengan pasukan Gowak yang diorganisir bersama rakyat, beliau menguasai kerajaan Blambangan, Pasuruan, Jembrana. Hingga tahun 1690an Panji Sakti menikmati kejayaannya.


Buleleng adalah nama puri yang dibangun Panji Sakti di tengah tegalan jagung gembal yang juga disebut juga buleleng. Letaknya tidak jauh dari sungai yang disebut juga tukad Buleleng. Purinya disebut Puri Buleleng. Puri yang yang lebih tua, terletak di desa Sangket yang dinamai puri Sukasada. Ki Gusti Panji sakti diperkirakan wafat tahun 1699 dengan meninggalkan banyak keturunan.

Namun sayang putra-putra Ki Gusti Panji Sakti mempunyai pikiran yang berbeda satu sama lain sehingga kerajaan Buleleng menjadi lemah. Kerajaan Buleleng terpecah belah. Akhirnya dikuasai kerajaan Mengwi, termasuk Blambangan. Lepas dari genggaman Mengwi kemudian tahun 1783 jatuh ke tangan kerajaan Karangasem.


Sejak itu terjadi beberapa kali pergantian raja asal Karangasem. Salah seorang raja asal Karangasem yaitu I Gusti Gde Karang bertakhta sebagai raja Buleleng tahun 1806-1818. Sebagai raja Buleleng beliau juga menguasai kerajaan Karangasem dan Jembrana. Beliau dikenal berwatak keras dan curiga kepada bangsa asing. Memang pada jaman itu bangsa asing seperti Belanda dan Inggris ingin menguasai Bali melalui Buleleng dan Jembrana.


Sir Stamford Raffles seorang Inggris jatuh cinta terhadap Bali, baik alam dan budayanya setelah sempat mengunjungi pulau mungil ini di tahun 1811. Setelah itu beliau datang lagi ke Buleleng ingin bekerjasama dengan I Gusti Gde Karang untuk membangun kota pelabuhan dengan nama Singapura.


Raffles tergiur melihat ramainya pelabuhan Buleleng dengan lokasi yang dilihatnya sangat strategis di antara kepulauan Nusantara. Memang Buleleng jaman itu sedang jayanya dari hasil monopoli candu dan penjualan budak. Raja Buleleng I Gusti Gde Karang rupanya tertarik dengan rencana Raffles. Namun tidak bisa dilaksanakan, karena Raffles sendiri sangat menentang penjualan budak yang selama ini terus dilaksanakan oleh raja I Gusti Gde Karang. Diantara cinta dan dendam, tahun 1814 pihaknya membawa kapal perang Inggris ke Buleleng, namun tidak terjadi pertempuran.


Pada malam hari, Rebo tanggal 24 Nopember 1815 terjadi musibah bencana alam di Buleleng. Beberapa desa tertimbun lumpur dengan penghuninya, ada yang hanyut kearah laut bersama penduduknya.


Setelah itu I Gusti Gde Karang membuka lahan dan membangun istana baru, terletak di sebelah Barat jalan yang dinamai puri Singaraja. Puri baru itu berseberangan jalan dengan Puri Buleleng yang dibangun Ki Gusti Pandji Sakti.


Pembangunan Puri Singaraja dilanjutkan oleh I Gusti Agung Paang, asal Karangasem. yang memerintah sejak 1818 sampai 1829.(Babad Buleleng, Prof. Worsley).


Kekuasaan Karangasem berakhir setelah pasukan perang kolonial Belanda menghancurkan benteng pertahanan Buleleng di Jagaraga pada tahun 1849. Dengan berkuasanya pemerintah kolonial / asing di Buleleng, sebagai pemerintahan yang masih dalam proses konsolidasi, maka dapat dibayangkan, suatu proses yang rumit berlangsung.

SEJARAH KERAJAAN JEMBRANA


Kerajaan Djembrana terlahir sebagai sebuah kerajaan otonom sejak tahun 1705.

  • Batas barat kerajaan Djembrana adalah selat Bali,
  • batas timur adalah kerajaan Tabanan yang dihubungkan tukad Yeh Leh,
  • batas utara adalah kerajaan Buleleng yang ditandai dengan deretan pegunungan dan
  • batas selatan adalah samudra Hindia.

Kerajaan Djembrana berkembang sesuai eranya dan menjadi kabupaten Jembrana sebagai bagian integral propinsi Bali menurut Undang Undang nomor 64 tahun 1958 tanggal 14 Agustus 1958 tentang pemekaran propinsi Sunda Kecil / Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.


TAMPUK KERAJAAN DJEMBRANA :

  • ANAK AGUNG NGURAH DJEMBRANA Adalah pendiri dan sebagai raja Djembrana I yang memerintah sejak tahun 1705. Beliau berasal dari puri Mengwi sebagai putera ketiga dari Anak Agung Nyoman Alangkadjeng (raja Mengwi yang bergelar Cokorda Mengwi, memerintah kerajaan Mengwi sejak tahun 1682
  • ANAK AGUNG GDE DJEMBRANA Memangku jabatan sebagai raja Djembrana II yang memerintah sejak tahun 1755.Beliau adalah cucu raja Djembrana I.
  • ANAK AGUNG PUTU AGUNG Memangku jabatan raja Djembrana III sejak tahun 1790. Beliau adalah putera dari Anak Agung Gde Djembrana.
  • ANAK AGUNG GDE SELOKA Putera sulung Anak Agung Putu Agung,memangku jabatan raja Djembrana IV sejak tahun 1818 yang didampingi oleh adik kandungnya yaitu Anak Agung Made Ngurah Bengkol sebagai raja muda kerajaan Djembrana.Raja muda kerajaan Djembrana wafat pada tahun 1828 dan digantikan adik kandung beliau yang bernama Anak Agung Njoman Madangan.
  • ANAK AGUNG PUTU NGURAH Putera sulung Anak Agung Gde Seloka,memangku jabata sebagai raja Djembrana V sejak tahun 1839 yang didampingi oleh sepupunya yang bernama Anak Agung Made Rai (putera Anak Agung Njoman Madangan) yang selanjutnya memangku jabatan sebagai raja muda Djembrana.
  • ANAK AGUNG MADE RAI Memangku jabatan raja Djembrana VI sejak tahun 1867,atas permintaan masyarakat Djembrana yang diwakili oleh punggawa Negara I Wayan Geor.punggawa Djembrana I Gede Nurun, punggawa Mendoyo I Wayan Djembo dan kepala Bali Islam di Loloan Kapten Mustika.Pemerintah Hindia Belanda menobatkannya sebagai raja Djembrana dengan besluit nomor 18 tahun 1867 tanggal 15 januari 1867.Pemerintah Belanda kemudian menghapuskan kerajaan Djembrana dan kerajaan Buleleng serta menetapkannya berada dibawah pengendalian langsung pemerintah Belanda dan raja Djembrana VI tidak memangku jabatan sebagai raja Djembrana lagi pada tahun 1882. Karena pemerintah Belanda sedang berperang melawan kerajaan Badung,Tabanan,Klungkung dan Lombok. Raja Djembrana Vi mangkat pada tahun 1906 serta meninggalkan 13 putera puteri,dimana putera beliau antara lain :
  1. ANAK AGUNG GDE SUTANEGARA
  2. ANAK AGUNG NJOMAN KOTANEGARA
  3. ANAK AGUNG PUTU KERTANEGARA
  4. ANAK AGUNG KETUT PUTERANEGARA
  • ANAK AGUNG BAGUS NEGARA Adalah salah seorang putera Anak Agung Njoman Kertanegara menggantikan kakeknya Anak Agung Made Rai,memangku jabatan raja Djembrana VII sejak tahun 1929 sampai 1960. Pemerintah Belanda memberikan hak penuh danmengakui secara sah kerajaan Djembrana,Buleleng,Tabanan,Badung,Gianyar,Bangli,Klungkung dan Karangasem dengan korteverklaring(surat pernyataan) dalam upacara penobatan bersama di pura Besakih pada tanggal 30 Juni 1938.Beliau menjadi raja / kepala pemerintahan di Djembrana sejak jaman Hindi Belanda,aneksasi militer Jepang,era Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga menjadi perubahan bentuk pemerintahan dari kerajaan menjadi kabupaten di tahun 1960.